Ben mandan padang :
BENARKAH EKONOMI INDONESIA ZAMAN JOKOWI DIKUASAI ORANG CHINA(BANGSA TIONGHOA)???
Saat ini..., banyak orang menuding bahwa di bawah Pemerintahan Jokowi..., Indonesia telah dikuasai orang-orang Cina.
Ngeriiiiii..., apalagi kalau yang mendengar itu tidak ngerti sejarah dengan benar dan malas membaca.
Secara statistik benar..., bahwa ada beberapa orang keturunan Cina/Tionghoa yang menguasai ekonomi Indonesia.
Pertanyaannya....: Siapa-siapa mereka dan sejak kapan mereka menguasai Indonesia....?
Kita lihat siapa2 saja pengusaha keturunan Cina..., yang saat ini katanya menguasai ekonomi Indonesia.
1. Sofyan Wanandi (Liem Bian Koen).
2. Sudono Salim (Liem Sio Liong..., almarhum).
3. Anthony Salim (Liem Hong Sien).
4. Eka Tjipta Widjaja (Oei Ek Tjhong..., almarhum).
5. Robert Budi Hartono (Oei Hwie Tjhong).
6. Susilo Wonowidjojo (Cai Dao Ping)
7. Rachman Halim (Tjoa To Ning).
8. Michael Bambang Hartono (Oei Wie Gwan).
9. Mochtar Riady (Li Moe Tie)
10. Murdaya Poo (Poo Tjie Gwan)
11. Tommy Winata (Oei Suat Hong)
12. Ciputra (Tjie Tjien Hoan)
13. James Riady (Li Bai La)
14. Edward Soeryadjaya (Tjia Han Pun).
Itu nama-nama sebagian konglomerat keturunan Tionghoa. Usia mereka saat ini antara 60 - 80 tahun.
Para konglomerat ini adalah konglomerat yang dibesarkan oleh Orde Baru..., dan sampai hari ini mereka tetap menjadi konglomerat.
Dulu di zaman Orde Baru..., mereka dikenal sebagai Konglomerat Cendana atau istilah lainnya Konglomerat Jimbaran.
Konglomerat2 ini juga yang secara rutin nyetor ke belasan yayasan milik keluarga Cendana (Soeharto).
Sekarang ini..., kira-kira siapa lingkar keluarga Cendana yang masih berpolitik.....?
Kita sebut aja sedikit yaaa....:
Pertama...., Titiek (Anak Soeharto).
Kedua...., Tommy (Anak Soeharto sempat ditahan karena membunuh hakim).
Ketiga ada namanya Prabowo Subianto....; Prabowo ini mantan suami dari Titiek alias menantu Soeharto.
Sebelum reformasi..., konon Prabowo ini yang berada di balik penculikan2 aktivis yang anti Soeharto (Datanya ada di Komnas HAM)...., dan maju dalam pilpres 2019 serta kalah lagi.
Bisnis para Konglomerat yang lahir dari rahim Orde Baru itu sekarang ini rata2 sudah dikelola oleh Generasi kedua (anak..., menantu..., orang2 kepercayaan)..., dan generasi ketiga (cucu- cucunya).
Selain regenerasi..., juga penyamaran buat mengamankan harta jarahan sekaligus money laundering
Sekarang..., kisah itu lagi digoreng-goreng jadi dongeng baru.
Konglomerat2 itu seolah olah Jokowi yang membesarkannya.
Lucu ya...., Jokowi baru jadi presiden pada 2014..., sementara kita tahu konglemerat2 itu sudah kaya raya dari tahun 70an..., 80an..., dan awal 90an.
Sejatinya para konglomerat itu semua lahir..., besar..., diproteksi dan menjadi gurita sejak jaman Orde Baru.
Sekarang sudah jaman reformasi..., tetapi mengapa mereka itu tetap menguasai Ekonomi Indonesia....?
Ekonomi dan Politik itu satu keping mata uang dengan Dua Wajah....; artinya mereka tetap menguasai ekonomi..., karena bisnisnya tetap dilindungi dan di-backing-i oleh politisi2 busuk Orde Baru.
Bahasa sederhananya..., antara Konglomerat2 Orde Baru dan Politisi2 Busuk Orde Baru saling melindungi dan saling membutuhkan.
Jadi..., kalau sang konglomeratnya ada masalah..., maka politisi2 Orde Baru yang akan melakukan lobi2.
Sebaliknya..., bila politisinya butuh dana berpolitik apakah untuk Pilkada atau Pilpres..., ya gantian lah para konglomerat itu yang membiayai.
Jelas gak....? Gitu lho cerita nya.
Jadi jangan asal Sok tahu bilang "Cina.... Cina.... Ganyang Cina"..., karena tidak semua etnis Cina itu Ikut bertanggung jawab pada penguasaan Ekonomi Indonesia.
Etnis Cina yang miskin..., gembel..., hidup ngutang sana-sini..., jadi kolektor kredit..., jaga warung dan jualan pulsa dll..., juga jumlahnya jutaan.
Yang harus bertanggung jawab ya jelas Orde Baru. Etnis Cina itu dulunya cuma alat bisnis.
Bisa dikatakan..., bahwa Orde Baru adalah penguasa dan konglomerat Cina di atas itu yang dikasih hak utk mengelola kekayaan yang ada di Indonesia.
Siapa yang ngasih hak itu....? Ya Orde Baru ....!
Siapa yang Salah....? Jelas Orde Baru....!
Orde Baru lah yang mengambil tanah pribumi..., dan diserahkan pada etnis Cina konglomerat untuk dijadikan Kebun Sawit..., Tambang..., Tambak..., dll.
Kalau Ahok dulu bagaimana.....?
Nah..., Ahok ini yang dipakai Jokowi untuk "ngatur" para Konglomerat Cina itu..., yang rata-rata berdomisili di luar negeri dan punya kantor pusat di Jakarta..., agar konglomerat itu gak bisa terlalu serakah.
Lalu kenapa Ahok yang dipakai Jokowi dahulu.....?
Sudah hukumnya kata orang..., kalau ada masalah dengan orang Batak ya pakai orang Batak juga untuk bicara.
Kalo ada masalah dengan orang Jawa ya dekati dengan sesama Jawa.
Pendekatan etnis seringkali bisa lebih efektif.
Itu bisa dibuktikan oleh Ahok dahulu..., yang sukses memangkas keuntungan para Konglomerat..., yang kini berdampak menyusutnya upeti2 ke oknum2 Pejabatnya.
Berikutnya wajar saja bila para politisi Orde Baru pada kesal kepada Ahok...., karena upeti jadi jauh berkurang akibat di "palak" Ahok 15% untuk bangun rusun..., RPTRA..., jalan layang dll.
Sayang era Ahok berakhir..., gara2 kita semua tahu lah.
Kita pasti tahu dong ceritanya dulu..., bagaimana politisi-politisi Orde Baru itu mengeroyok Ahok dengan segala cara agar kalah di Pilkada dan masuk penjara.
Tulisan ini tidak bermaksud rasis..., tapi untuk meluruskan sejarah karena tulisan ini berdasarkan fakta yang objektif.
Kalo ada diskusi atau tulisan berantai..., yang bilang bahwa etnis Cina atau Tionghoa menguasai ekonomi Indonesia..., maka acungkan tangan saat diskusi lalu tanyalah, "Konglomerat etnis Cina itu lahir dan besar di jaman siapa...? Orde Baru atau Jokowi...?
Kalau ada pesan berantai via Sosmed....?
Gampang..., copas aja tulisan ini lalu kirim balik ke yang ngirim pesan berantai itu.
Dengan ikut dan mau menyebarkan tulisan ini kita sudah ikut berjuang untuk meluruskan sejarah..., agar tidak dimanipulasi dan dibengkok-bengkokan..., serta peduli akan nasib bangsa dan negeri kita tercinta ini.
Salam Rahayu .. .
Copas by Dewa Aruna